Sunday, October 16, 2011

Verbal Abuse

Verbal abuse atau kekerasan verbal adalah bentuk lain dari kekerasan yang sering juga terjadi dalam hubungan. Beberapa contohnya:
  • Memanggil dengan nama panggilan yang diskriminatif (warna kulit, ras, kecerdasan, bentuk badan, kebiasaan, kelemahan, jenis hewan, dll)
  • Terus menerus memberi komentar menghina tentang pakaian, penampilan, teman, pekerjaan, dll. yang jelas-jelas menyinggungmu atau kamu bahkan sudah memintanya untuk berhenti.
  • Memaki, membentak, mengejek.
  • Menggunakan nada suara tertentu yang terkesan merendahkan / mencemooh.
  • Terus-menerus memposisikan dirimu dibawahnya, apapun yang kamu lakukan tidak pernah cukup buatnya.
  • Membesar-besarkan atau terus-menerus mengingatkanmu akan kelemahan, kekurangan, kegagalan di masa lalu, dll.
  • Mengucapkan hal-hal yang bisa memanipulasi, menekan, atau memaksamu untuk merasa bersalah, tersakiti, dan bahkan trauma.
Yang pada intinya adalah ucapan-ucapan yang membuat seseorang merasa kurang dari dirinya yang sesungguhnya dan seharusnya.

Situasi-situasi kekerasan verbal seringkali lebih dikenali dan dianggap sebagai permasalahan 'biasa' dalam hubungan. Pelaku kekerasan biasanya tidak menyadari kecenderungan sikap mereka dan justru menyalahkan pasangannya sebagai penyebab mengapa dia bersikap seperti itu. Korban kekerasan verbal sering berpikir bahwa perlakuan yang ia terima disebabkan oleh sesuatu pada dirinya atau yang ia lakukan yang mengakibatkan pasangannya menjadi marah, kasar, menjauh, kehilangan kepercayaan dsb.

Beberapa kategori kekerasan verbal antara lain:
  1. Menolak untuk berbagi informasi, menunjukkan empati maupun mendengarkan.
  2. Menyerang / menentang. Perasaan dominasi menyebabkan kecenderungan untuk selalu menentang atau mengoreksi perkataan dan perlakuan pasangannya. Memotong di tengah pembicaraan atau bahkan tidak memperbolehkan pasangan untuk mengungkapkan pemikirannya termasuk beberapa ciri-cirinya.
  3. Menyangkal dan mengalihkan persepsi pasangannya dari kenyataan situasi kekerasan verbal.
  4. Kekerasan berbalut humor. Seringkali komentar-komentar yang kental akan kekerasan verbal diatasnamakan humor dan disampaikan dengan sangat cantik. Tetapi pada intinya komentar-komentar itu ditujukan untuk menyerang dan menjatuhkan pertahanan seseorang.
  5. Membatasi dan mengalihkan. Seringkali pelaku kekerasan menolak untuk berkomunikasi, membatasi apa saja yang boleh dibahas, atau menyembunyikan informasi. Hal ini dilakukan dengan sengaja untuk menghindarkan dari solusi.
  6. Menuduh dan melempar kesalahan. Ini seringkali dilakukan dengan cara mempersalahkan pasangan bahwa telah melanggar batasan-batasan tertentu dalam hubungan yang sudah mereka buat bersama, mengakibatkan situasi berbalik sehingga pelaku diatas angin.
  7. Men-judge dan mengkritik. Pelaku kekerasan verbal seringkali Men-judgepasangannya dan menyampaikannya dengan cara yang kritis. Jika pasangannya berkeberatan ia akan berkelit bahwa hal itu dilakukan demi kebaikannya, padahal sesungguhnya itu merupakan bentuk ketidakmampuannya untuk menerima pasangannya.
 Bentuk-bentuk lain kekerasan verbal antara lain:
  1. Membuat segala sesuatu seolah menjadi tidak berharga / tidak penting. Terkadang ini akan membingungkan pasangannya, apakah pasangannya sudah menyampaikan dengan jelas mengenai beberapa hal yang penting bagi dia.
  2. Meremehkan. Menjatuhkan mental dengan komentar-komentar yang meremehkan.
  3. Mengancam. Ini adalah bentuk klasik kekerasan verbal yang dilakukan dengan memanipulasi pasangannya dengan membawa ketakutan terbesarnya. Ini termasuk mengancam untuk meninggalkan (pergi, bunuh diri, putus, dsb.) atau akan meningkatkan perilaku kekerasannya.
  4. Memanggil dengan nama-panggilan yang diskriminatif (warna kulit, ras, kecerdasan, bentuk badan, kebiasaan, kelemahan, jenis hewan, dll) yang berdampak pada kepercayaan diri pasangannya.
  5. Melupakan. Orang sewajarnya sesekali lupa, tapi pelaku kekerasan secara konsisten selalu lupa. Ia seringkali lupa akan insiden kekerasan yang telah dilakukannya dan juga sering melupakan janji-janji yang telah dibuat yang mempunyai arti besar bagi pasangannya.
  6. Memerintah / menyuruh-nyuruh adalah satu lagi tipe klasik kekerasan verbal. Hal ini adalah bentuk ketidaksetaraan atau dominasi yang berlebihan.
  7. Penyangkalan. Meskipun tiap bentuk kekerasan verbal memiliki dampak yang berbahaya, penyangkalan adalah yang paling berbahaya karena dampaknya dapat bertahap dan menyangkal realita pasangannya. Bahkan, pelaku kekerasan verbal bisa menyebutkan banyak alasan dan tetap bersikeras bahwa ia tidak melakukan kekerasan verbal.

Kekerasan verbal lebih sulit dikenali antara lain karena beberapa hal berikut:
  • Tidak meninggalkan bukti secara fisik.
  • Biasanya hanya terjadi dalam lingkup privat, misalkan hanya saat berduaan, sehingga tidak ada saksi.
  • Pada saat dalam lingkup publik pelaku menunjukkan perilaku yang baik, sopan dan wajar sehingga orang tidak menyangka ada kecenderungan melakukan kekerasan verbal.
  • Persepsi yang salah akibat kurang informasi yang menganggap bahwa perilaku pelaku merupakan watak bawaan dan seharusnya dimengerti / diterima apa adanya.
  • Kurangnya pengetahuan dan informasi mengenai verbal abuse sehingga dianggap permasalahan biasa / sepele dalam hubungan.
  • Kurang terbuka terhadap hubungan yang dijalani / menutup-nutupi dari sahabat maupun orang lain.
  • Seringkali mengatasnamakan konteks humor.


No comments:

Post a Comment