An eye for an eye only ends up making the whole world blind.
Kutipan ini diambil dari Mahatma Gandhi yang sepertinya merespon prinsip yang berbunyi: "An eye for an eye, a tooh for a tooth.". (Mata dibalas mata, gigi dibalas gigi) yang artinya apabila seseorang melakukan kesalahan/kejahatan, maka dia harus dihukum sesuai dengan perbuatannya. Secara hukum, tentunya prinsip ini masuk akal. Namun untuk kehidupan sehari-hari, sepertinya prinsip ini kurang cocok. Baru-baru ini gw mendengar sendiri dari salah satu teman. Dia cerita bahwa di bus kakinya tertendang oleh orang lain dan dia jadi kesal. Ternyata pas bus berhenti mendadak dia bilang dia menendang balik kaki orang tersebut seakan-akan tidak sengaja. Gw agak kaget juga pas denger. Gw tanya kenapa, dia bilang ya daripada dia kesel pendem sendiri jadi lebih baik dibales aja biar lega. Yang lebih kagetnya lagi, ternyata dia tau ajaran Mahatma Gandhi ini tapi dia masih melakukan "pembalasan" juga. Bukannya gw mau menjelek-jelekan teman sendiri disini. Hanya ingin memberi contoh nyata saja. Dari contoh ini sebenernya bisa ditarik kesimpulan, walaupun orang pernah mendengar ajaran bijak sekalipun, ajaran itu akan sangat sulit dilakukan apabila kita sendiri tidak bisa mengontrol diri, baik itu hati dan pikiran. Coba kita pikirkan, seandainya memang benar orang tersebut tidak sengaja menendang, dan kita sengaja menendang berarti siapa yang salah? Salah satu prinsip hidup gw adalah: Ada hitam dibalik putih, ada putih dibalik hitam. Intinya semua orang itu tidak sempurna. Tapi alangkah baiknya kalau kita bisa mengontrol diri kan?
No comments:
Post a Comment