Sunday, September 11, 2016

Grand Palace - Wat Pho - Khao San Road - Yaowarat

Disebut-sebut sebagai landmark-nya Bangkok, Grand Palace, Wat Pho, dan Wat Arun adalah tempat yang wajib dikunjungi oleh wisatawan. Bila kalian ingin berkunjung ke tempat ini disarankan untuk datang di hari biasa alias weekdays. Hari biasa aja pengunjungnya bisa luar biasa ramai, apalagi di akhir pekan?
 
Karena lokasi hotel dan Grand Palace cukup jauh, kami bingung dengan moda transportasi yang akan digunakan, untuk itu lah gw memutuskan untuk menuju ke daerah Pratunam terlebih dulu dengan BTS. Setelah sampai di Pratunam kami ga menemukan halte bus sesuai petunjuk Google Map. Untungnya gw melihat ada tourist information di dekat situ, maka mendekatlah gw ke sana. Wanita yang berada di dalam langsung menyapa gw dan menawarkan bantuan. Wanita tersebut dengan ramah memberikan nomor bus dan lokasi halte bus, ga lupa dia juga menuliskan Grand Palace dalam aksara Thailand dan meminta kami untuk menunjukkannya ke kondektur bus. Wah kami sangat terbantu karenanya. Bagi kalian yang kebingungan arah atau menginginkan bantuan, jangan ragu untuk menghampiri tourist information yang ada ya. Mereka fasih bahasa Inggris dan akan dengan senang hati membantu kalian.

Sesampai di Grand Palace kami disapa oleh seorang pria. Pria tersebut memberitahu kami bahwa Grand Palace dibuka satu jam lagi dan menyarankan kami untuk pergi ke tempat tertentu terlebih dulu dengan menggunakan tuk-tuk. Gw yang udah membaca review wisatawan di web sebelum berangkat, langsung merasa janggal. Memang katanya di lokasi ini banyak penipunya, jadi para wisatawan harus extra hati-hati. Karena gw mencium sesuatu yang ga beres, gw mengajak Ana pergi dengan alasan mau berfoto terlebih dulu. Ternyata dugaan gw benar. Grand Palace tetap buka walaupun pengunjungnya membludak. Nah ya, sekali lagi gw tekankan, bagi kalian yang berniat datang ke Grand Palace dan Wat-Wat lainnya harus waspada dan jangan mudah percaya. Biar lebih pasti, tanya ke staff resmi atau ke tourist information yang tersedia.

Perlu dicatat, apabila kalian berniat berkunjung ke tempat-tempat suci seperti Grand Palace, kalian diwajibkan untuk mengenakan pakaian yang sopan dan tertutup; yang artinya tank top, hot pants, dan mini skirt bukan pilihan yang tepat. Sebelum memasuki Grand Palace, penjaga akan memastikan kalau kalian telah mematuhi peraturan ini, kalau tidak, kalian diwajibkan membeli atau menyewa kain atau pakaian untuk menutupi bagian tubuh yang terekspos. Masalahnya, ternyata ketika kami di sana, masih banyak yang tidak mengetahui (atau tidak mau tahu) hal ini. Karenanya mereka harus mengantri untuk menyewa kain/pakaian untuk dikenakan. Antriannya lumayan panjang lho. Jadi kalau kalian ga mau membuang-buang waktu, pastikan kalau pakaian yang kalian kenakan itu wajar dan sopan. Satu lagi, dilarang menggunakan sandal jepit yah. 

Kemegahan Grand Palace sangat memukau sehingga kami tak sabar untuk melihatnya dari dekat. Betapa kagetnya kami ketika tahu biaya yang harus kami tebus untuk menikmati keindahan bangunan tersebut: 500 Baht per orang! Raut muka Ana berubah seakan ga percaya dengan apa yang didengarnya. Kami tidak melihat review wisatawan lain sebelum datang, sehingga kami hanya membawa uang pas-pasan. Setelah membayar dengan agak terpaksa (mahal banget sih hiks) kami pun memasuki bangunan yang sangat luas itu. Di saat seperti ini lah kami merasa iri dengan orang lokal yang dapat memasuki bangunan megah tersebut secara cuma-cuma.



lukisan di dinding
bagian halaman menuju Grand Palace
kemegahan Grand Palace
raksasa penjaga pintu Wat Phra Kaew atau Temple of the Emerald Buddha

Kurang lebih 2 jam kami mengelilingi Wat Phra Kaew dan Grand Palace di bawah panasnya matahari. Setelah berteduh sejenak, kami keluar menuju Wat Pho. 

Wat Pho dikenal sebagai Temple of the Reclining Buddha atau dalam bahasa Indonesianya: Kuil Buddha Berbaring. Harga karcis untuk masuk ke kuil Wat Pho adalah 100 Baht per orang. Jauh sekali ya dibandingkan dengan harga karcis di Grand Palace. Walau begitu bangunan Wat Pho ini ga kalah menarik dari bangunan Grand Palace. Oh iya, dengan membayar karcis seharga 100 Baht, kalian bisa mendapatkan sebotol air mineral dengan menukarkan karcis yang telah dibeli ke staff yang bertugas. 

Wat Pho Massage

di dalam Wat Pho

bagi yang ingin beramal

penjaga pintu

Sungguh disayangkan kami tidak memasuki atraksi utama dari kuil ini: patung Buddha berbaring. Kok bisa? Yah, cuaca yang sangat terik mengurungkan niat kami masuk ke salah satu bangunan yang ternyata merupakan bangungan di mana patung Buddha berbaring berada. Hiks bodohnyaa. Bagi kalian yang mau datang, pastikan untuk memasuki semua bangunan yang ada ya. Syukur lah kami sempat masuk ke salah satu ruangan semacam vihara untuk memanjatkan doa. Awalnya setelah Wat Pho, kami berencana pergi ke Wat Arun. Namun melihat Ana kepanasan jadi ga tega. Maka akhirnya kami memutuskan untuk langsung ke tujuan selanjutnya, Khao San Road.

Bodohnya lagi, kami datang ke sana menjelang sore hari sehingga hanya terlihat beberapa penjaja makanan dan toko-toko kecil. Nah tahu kan kesalahan apa yang kami lakukan? Ya, Khao San Road seharusnya dikunjungi di malam hari. Setidaknya di atas jam 6 sore. Catat yah.

suasana Khao San Road di sore hari


sawadeeka
Di Khao San Road kami melihat banyak turis asing. Kebanyakan dari mereka sedang duduk santai sambil dipijat kakinya. Banyak tempat refleksi yang menawarkan jasanya kepada kami. Tapi karena gw ga terlalu suka dipijat jadi.. pass. 

Jujur gw agak menyesal karena udah ingkar sama planning awal. Seandainya sebelumnya kami mampir ke Wat Arun, kami akan tiba di Khao San Road tepat pada waktunya. Tapi yah, nasi sudah menjadi bubur. Waktu itu menunjukkan pukul 5 sore. Gw menyarankan untuk menunggu di Mcd sampai malam tiba, toh tinggal tersisa satu jam lagi. Tapi Ana yang sepertinya sudah sangat gerah ga setuju untuk menunggu. Doi sebaliknya menyarankan untuk kembali ke hotel terlebih dulu untuk mandi dan berberes baru kemudian kembali ke Khao San Road. Sebenarnya gw ga setuju, selain membuang waktu di jalan, akan lebih boros di ongkos. Tapi ini lah tantangan traveling bersama, harus saling bertoleransi. Akhirnya gw mengalah dan kami pun mencari bus yang menuju hotel kami.

Kurang lebih 2 jam kami di bus, sehingga saat kami tiba di hotel waktu sudah menunjukkan pukul 7. Setelah selesai berberes waktu menunjukkan pukul 8. Haduh, gw jadi males berpergian lagi karena kaki terasa pegal sekali. Dang, hari ini semuanya salah perhitungan. Ya sudah lah tak apa, mau bagaimana lagi.

Karena gagal menikmati Khao San Night Market, harapan terakhir kami tinggal Yaowarat. Yaowarat adalah Chinatown nya Thailand. Ga jauh berbeda dengan Chinatown lainnya di berbagai negara, banyak terdapat makanan non-halal di kawasan ini. Nah, ini dia yang kami tunggu-tunggu. Kapan lagi menyantap makanan non-halal dengan harga murah?

Petualangan di hari terakhir pun dimulai dengan berkeliling di daerah pratunam (lagi). Kemudian kami mampir ke Terminal 21 mall dengan BTS dari Chit Lom dan turun di Asok. Jujur gw ke sini bukan untuk belanja tapi karena gw penasaran dengan interior mall yang katanya bagus banget. Ketika sampai di sana, ternyata bener.. setiap lantai punya interior khas negara tertentu. Kalian akan merasakan seperti sedang berada di Paris, lalu beberapa detik kemudian di London, Tokyo, Istanbul, dan San Francisco. Bahkan, katanya interior toiletnya pun mengikuti tema dari setiap lantai tersebut. Ya, tapi gw ga nyobain masuk satu persatu juga sih.


golden gate bridge di dalam mall

lampion yang identik dengan kebudayaan Jepang
Sayangnya, karena satu dan lain hal, gw ga sepenuhnya mengelilingi mall jadi hanya bisa mengambil beberapa gambar saja. 

Saat jarum jam menunjukkan pukul 5:30 kami lalu bersiap menuju MRT terdekat, Sukumvhit dengan tujuan stasiun akhir Hua Lamphong. Dari Hua Lamphong kami agak kesulitan menemukan jalan ke Yaowarat hingga kami harus bertanya beberapa kali. Tapi karena niat yang menggebu, akhirnya sampai lah kami di kawasan Chinatown. Begini lah hasil hunting kami.


serba pork

menu daging babi khas Thailand

Walau hobi makan tapi kami masih sadar lho. Makanan yang kami pesan itu kami bagi berdua supaya lebih hemat. Hasilnya, pengeluaran kami untuk makan malam di Yaowarat hanya berkisar 35000 per orangnya. Bayangkan! Ah pokoknya Thailand memang surga bagi pecinta kuliner.  Demikian lah petualangan mini kami di negeri orang. Kalau ditanya, mau ga pergi ke Thailand lagi? So pasti jawabnya, mau doooooonng.


 

 
 

No comments:

Post a Comment